TANGERANG – Awal pekan ini masyarakat dihebohkan dengan kabar perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah internasional di BSD Serpong, Tangerang. Peristiwa perundungan tersebut melibatkan seorang siswa kelas 12 SMA terhadap SMP miliknya.
Beberapa penganiayaan yang dialami para korban antara lain dipukuli dan disundut rokok. Korban bahkan dikabarkan harus dilarikan ke rumah sakit dan dirawat karena perundungan yang diterimanya. Gulir untuk informasi lebih lanjut.
Kabar perundungan yang terjadi di sekolah internasional semakin menyita perhatian publik, pasalnya ada dugaan putra sulung Vincent Rompies menjadi salah satu pelaku perundungan tersebut.
Peristiwa bullying yang terjadi di lingkungan sekolah internasional juga disoroti oleh Teuku Zacky. Sehari sebelum beritanya tersebar di media sosial, pria asal Aceh ini memposting tentang kasus perundungan yang terjadi di sekolah tersebut di akun Instagram miliknya.
“Kejadian ini terjadi baru-baru ini di lingkungan internasional, ini merupakan masalah yang sangat serius dan tidak bisa dianggap enteng. Jaga agar anak kita tidak menjadi korban atau pelaku bullying yang sangat berbahaya dan mengancam nyawa anak kepercayaan di sekolah. yang kami pilih dan percayai untuk mendapatkan pendidikan yang baik,” kata Teuku Zacky dalam postingan Instagram, dikutip Selasa 20 Februari 2024.
Dalam postingan tersebut, Teuku Zaky menceritakan kronologi perundungan berdasarkan informasi yang diterima dari ibu salah satu korban. Konon, perundungan itu dilakukan oleh kelompok geng di sekolah tersebut. Hal tercela tersebut dilakukan geng tersebut dengan dalih tes fisik untuk bergabung dengan geng tersebut.
“Cerita yang saya bicarakan adalah apa yang dilakukan sekelompok anak sekolah terhadap teman-teman mudanya, yang menurut mereka adalah ‘ujian fisik’ untuk bergabung dengan geng tersebut,” tulisnya.
Teuku Zacky menjelaskan, kejadian itu bermula pada 2 Februari 2024, saat korban diikat ke tiang. Korban kemudian mendapat perundungan dari orangtuanya dengan cara menyambar, memukul badan bagian belakang dengan tongkat, bahkan memukul bagian perut.
“Pada tanggal 2 Februari, korban ditangkap, dicekik, diikat ke tiang, diludahi, diludahi, disundut rokok, dipukul dengan tongkat dari belakang, ditinju di bagian perut dan diawasi massa dan sebagainya. kata ibu korban,” ujarnya.
Perundungan yang menimpa korban berlanjut pada 13 Februari. Pemiliknya kembali dipukuli hingga menggigil.
“Tanggal 13 Februari menjelang pemilu, dia kembali dipukuli dan tangannya dibakar dengan korek api, dan kejadian itu direkam (ibu korban menyimpan video itu sebagai bukti),” ujarnya.
Berdasarkan penuturan ibu korban, Teuku Zaki mengatakan, aksi serupa akan kembali dilakukan komplotan pada Kamis, 15 Februari 2024. Untungnya, hal tersebut bisa digagalkan setelah ibu korban melakukan tindakan.
Dijelaskan pula, korban kali ini menolak melapor karena mendapat ancaman. Pelaku mengaku mengancam jika korban melapor, adiknya akan mendapat perlakuan yang sama atau lebih sadis.
“Kelompok ini baru melakukan pemanasan dan akan dilanjutkan pada hari Kamis. Beruntung ibu korban langsung paham dan mengambil tindakan. Korban tidak protes karena diancam akan maju dan berbicara menentangnya. Adik saya yang duduk di kelas 6 SD adalah selalu dianiaya, dilecehkan, bahkan diancam akan dibunuh,” ujarnya.
Namun saat aksinya pada 13 Februari diketahui, alih-alih menyerah, pelaku malah merencanakan aksi yang lebih sadis.
Lalu pada tanggal 13, karena ketahuan bercerita kepada salah satu anggota keluarganya, kulit korban dibakar. Dan komplotan ini rencananya akan ada 2-3 bagian yang menggunakan pisau, kata Teuko Zaki.
Pelaku sinetron ini pun menceritakan kejadian pengeroyokan yang menyebabkan korban dilarikan ke rumah sakit.
Penganiayaannya sangat parah sehingga korban harus dirawat di rumah sakit. Korban mengalami luka lebam di sekujur kulitnya. Korban menyembunyikannya agar tidak terjadi hal buruk dan hal-hal lain. masih hidup,” katanya. .
Selain itu, dijelaskan pula alasan pelaku melakukan kekerasan, karena ingin membuat mental korban lebih kuat.
“Apa masalahnya sebelumnya? Katanya hanya latihan dan pikiranku kuat!!!” Dia berkata.
Teuku Zaki pun mengidentifikasi pelaku perundungan yang dilakukan terhadap adik-adik sekolah internasional tersebut. Dijelaskan, pelaku perundungan merupakan kelompok geng bernama Geng Teh. Kelompok tersebut kerap nongkrong di kafe dekat sekolahnya. Saat berkumpul, anak-anak dalam kelompok ini juga kerap melakukan hal-hal menyimpang.
“Anak-anak menyebutnya geng TAI GANG (GT). Subkultur ini nongkrong di toko-toko kecil dekat sekolah untuk melakukan hal-hal menyimpang yang mungkin mengandung unsur kriminal seperti kekerasan, merokok, vaping. Dalam subkultur ini, kakak kelas 12 disebut agit. , mereka memeriksa ” semua orang di band. Kelompok tersebut diketahui memiliki 9 generasi dan dimulai dari tingkat SMA,” lanjut tulisan Teuku Zacky.
“Agit merekrut anggotanya dengan berbagai imbalan, seperti ditawari uang, akses tempat parkir, dan kemudian mendapatkan status di sekolah. Namun untuk masuk ke dalam geng tersebut harus melewati beberapa ujian, salah satunya adalah hukuman dan pelecehan. Sebagai ujian kelayakan menjadi anggota geng,” pungkas Teuku Zacky. Sepasang ayah dan anak meninggal saat sedang memancing, bermula saat sang bocah tenggelam di sungai, naas nasib ayah dan anak kecilnya, di Kabupaten Tangerang, Banten. Karena tidak bisa, saat sedang memancing, keduanya ditemukan tewas. Essexbmw 18 Maret 2024